Monday 30 April 2012

Midday.



Put your sunblock on today,
before you walk on that rough road.
The midday sunlight can fire your skin if you don't.

Close your helmet faceshield,
wear gloves and that jacket when you bike.
The midday sunlight will burn your fancy face if you ignore my words.




-Home, in a boring afternoon,
Monday, April 30th, 2012-

Monday 9 April 2012

Rumah



Aku ini rumahmu..
Atap rumbiaku menaungimu, dari hujan, dari panas.
Tiang condongku menopangmu, dari segala macam badai yang meruntuhkan.

Aku ini rumahmu..
Pagar bakung layu ini mengelilingimu, pagi, siang, malam, selalu mengelilingimu.
Lantai tanah ini tempatmu berdiri tegak, tempatmu menapak, tempat yang membuatmu selalu ingat dimana kau berpijak.

Aku ini rumahmu..
Aku hanya punya sumur dengan timba dan embernya yang sudah bolong di sana-sini, namun selalu berusaha untuk bisa menampung air sebanyak yang kau minta.
Aku tak punya beranda keramik semengilap porselen, aku hanya punya beranda roboh yang siap membiarkanmu dan menjadi saksi bisumu memecah kesunyian dalam senja menjelang malam.

Aku akan tetap jadi rumahmu..
Aku akan tetap jadi tempatmu berteduh.
Aku akan tetap jadi tempatmu bersandar.
Lantaiku akan tetap menjadi tempatmu berdiri tegar.
Sumurku akan senantiasa memberimu air segar.


Aku reyot, aku tua, aku tak punya apa-apa,
namun aku akan tetap menjadi rumahmu, tempatmu kembali pulang.




-Saat bosan di rumah manis rumah,
Senin malam, 9 April 2012-

Saturday 7 April 2012

Sabtu Malam dan Rumput Gajah



Sabtu malam bulan April, aku terududuk di sebelah pria yang sedang merebahkan tubuhnya di atas padang rumput di depan rumah kontrakanku yang sudah kutempati dua tahun terakhir. Aku diam. Iapun begitu. Kami membiarkan suara angin menggesek rumput gajah basah yang tumbuh tak teratur ini. Cuaca malam ini menembus melewati badanku yang kurus, menusuk tulang. Tak lupa kukenakan jaketku.

"Dingin.." ujarnya tiba-tiba, sambil terus menelusuri rumput dengan punggung tangannya.

Siapa suruh pakai kaos oblong begitu malam-malam begini? Salah sendiri! Tudingku dalam hati. Aku tetap diam, memeluk lututku, sambil menatap langit. Yang hitam, yang begitu gelap, tanpa bintang, bulanpun entah sembunyi dimana. Langit seolah menunjukkan padaku bahwa ia hanya sedang ingin menjadi langit yang menutupi dunia saja malam ini, yang tak perlu diacuhkan. Ia seperti berkata bahwa ia sedang tak ingin menjadi pusat perhatian karena cahaya bulannya yang kinclong dan bintangnya yang berkelip.

"Aku kangen kita." lelaki seumuranku yang tengah berbaring di atas rumput di sebelahku ini lagi-lagi bergumam, ngomong sendiri. Ia menghela napas. Aku ikut pula menghela napas.