Kepada kamu yang sedang pulas tertidur,
Saya
bingung harus memulai tulisan ini dengan apa. Apakah harus dengan
salam, atau selamat… selamat pagi atau selamat malam? Entahlah, pukul
3.15 dini hari begini, saya malah sibuk kebingungan. Sangat tidak lucu
memang, saya harus melantur seperti orang kehilangan akal sehat.
Bukannya tidur, malah menulis surat yang isinya kemana-mana. Surat cinta
pula. Duh, saya agak geli menyebut ini surat cinta. Mungkin kamu juga
akan bergidik ketika membacanya nanti. Tapi kalau bukan surat cinta, apa
lagi namanya? Surat Tanah? Surat Peringatan? Maaf, ini semakin tidak
lucu.
Saya bukan ingin sok romantis, tiba-tiba memberimu surat
seperti ini. Hanya saja, saya tidak tahu harus bagaimana baiknya
memberimu ucapan perpisahan. Saya tahu, kepergian saya siang nanti bukan
sesuatu yang mendadak. Saya, bahkan kamu, sejak berpuluh-puluh minggu
lalu, sudah tahu bahwa hari ini akan tiba. Namun tetap saja, mengucapkan
selamat tinggal adalah salah satu hal tersulit yang harus seseorang
lakukan dalam hidupnya. Atau mungkin, saya bukannya tidak tahu bagaimana
baiknya mengucapkan selamat tinggal, saya hanya tidak mau, tidak rela
harus meninggalkan kamu. Ya, mungkin sesederhana itu. Dan saya lagi-lagi
bingung.
Disela-sela menulis ini, saya menyempatkan memandang
wajahmu yang sedikit ketutupan selimut itu sesering mungkin. Wajah
tenang yang selalu terlihat mengantuk. Ah, saya selalu suka melihat kamu
menguap. Saya suka sekali memandang mata hitam kamu yang selalu tampak
sayu. Saya pasti akan sangat merindukan itu. Saya pasti akan sangat
rindu kamu. Sekarang saya merasa sedikit menyesal karena pukul 9 malam
tadi harus memintamu ke sini. Saya memang senang bukan kepalang karena
mengabiskan malam terakhir di kota ini bersama kamu, namun saya yakin,
akan semakin sulit memberimu ucapan selamat tinggal.
Jam di
ruangan ini sudah menunjukkan pukul 3.40. Astaga, sudah selama itu,
namun baru ini yang saya hasilkan. Saya rasa saya terlau banyak
memandangimu. Tapi tidak apa lah. Saya yakin kamu tidak akan keberatan.
Ketika
kamu membaca surat kacangan ini nanti, saya tidak ingin kamu sedih
karena kepergian saya. Tapi tunggu, saya rasa saya yang akan merasa
sedih karena kehilangan sosok menyebalkan sepertimu di hari-hari saya
nanti. Sekali lagi, saya akan sangat merindukan kamu. Saya harap kamu
juga demikian. Setidaknya kamu akan kehilangan ocehan saya yang katamu
selalu buat kepalamu serasa mau pecah.
Saya mengantuk. Sepertinya
saya harus tidur. Saya tidak akan bilang ini terakhir kalinya saya bisa
bersama kamu, namun saya juga tidak berani menjamin akan ada hari
seperti ini lagi nanti. Jadi biarkan saya menghabiskan sisa beberapa jam
di kota ini di sebelahmu, di dalam hangat selimut yang sama. Saya yakin
kamu juga tidak akan keberatan.
Baiklah, sampai di sini saja surat cinta pagi buta ini untuk kamu.
Selamat tidur yang nyenyak.
- Saya
Post a Comment