Saturday 12 July 2014

Surat Cinta Pagi Buta

image

Kepada kamu yang sedang pulas tertidur,


Saya bingung harus memulai tulisan ini dengan apa. Apakah harus dengan salam, atau selamat… selamat pagi atau selamat malam? Entahlah, pukul 3.15 dini hari begini, saya malah sibuk kebingungan. Sangat tidak lucu memang, saya harus melantur seperti orang kehilangan akal sehat. Bukannya tidur, malah menulis surat yang isinya kemana-mana. Surat cinta pula. Duh, saya agak geli menyebut ini surat cinta. Mungkin kamu juga akan bergidik ketika membacanya nanti. Tapi kalau bukan surat cinta, apa lagi namanya? Surat Tanah? Surat Peringatan? Maaf, ini semakin tidak lucu.

Saya bukan ingin sok romantis, tiba-tiba memberimu surat seperti ini. Hanya saja, saya tidak tahu harus bagaimana baiknya memberimu ucapan perpisahan. Saya tahu, kepergian saya siang nanti bukan sesuatu yang mendadak. Saya, bahkan kamu, sejak berpuluh-puluh minggu lalu, sudah tahu bahwa hari ini akan tiba. Namun tetap saja, mengucapkan selamat tinggal adalah salah satu hal tersulit yang harus seseorang lakukan dalam hidupnya. Atau mungkin, saya bukannya tidak tahu bagaimana baiknya mengucapkan selamat tinggal, saya hanya tidak mau, tidak rela harus meninggalkan kamu. Ya, mungkin sesederhana itu. Dan saya lagi-lagi bingung.

Disela-sela menulis ini, saya menyempatkan memandang wajahmu yang sedikit ketutupan selimut itu sesering mungkin. Wajah tenang yang selalu terlihat mengantuk. Ah, saya selalu suka melihat kamu menguap. Saya suka sekali memandang mata hitam kamu yang selalu tampak sayu. Saya pasti akan sangat merindukan itu. Saya pasti akan sangat rindu kamu. Sekarang saya merasa sedikit menyesal karena pukul 9 malam tadi harus memintamu ke sini. Saya memang senang bukan kepalang karena mengabiskan malam terakhir di kota ini bersama kamu, namun saya yakin, akan semakin sulit memberimu ucapan selamat tinggal.

Jam di ruangan ini sudah menunjukkan pukul 3.40. Astaga, sudah selama itu, namun baru ini yang saya hasilkan. Saya rasa saya terlau banyak memandangimu. Tapi tidak apa lah. Saya yakin kamu tidak akan keberatan.

Ketika kamu membaca surat kacangan ini nanti, saya tidak ingin kamu sedih karena kepergian saya. Tapi tunggu, saya rasa saya yang akan merasa sedih karena kehilangan sosok menyebalkan sepertimu di hari-hari saya nanti. Sekali lagi, saya akan sangat merindukan kamu. Saya harap kamu juga demikian. Setidaknya  kamu akan kehilangan ocehan saya yang katamu selalu buat kepalamu serasa mau pecah.

Saya mengantuk. Sepertinya saya harus tidur. Saya tidak akan bilang ini terakhir kalinya saya bisa bersama kamu, namun saya juga tidak berani menjamin akan ada hari seperti ini lagi nanti. Jadi biarkan saya menghabiskan sisa beberapa jam di kota ini di sebelahmu, di dalam hangat selimut yang sama. Saya yakin kamu juga tidak akan keberatan.

Baiklah, sampai di sini saja surat cinta pagi buta ini untuk kamu.

Selamat tidur yang nyenyak.



- Saya