Saturday 31 January 2015

Shit

Dear you,

You're that star that is so far
As you start fading away,
I'm here watching saying goodbye
Walking to you
Feels like walking to the sun
I'm melted by the heat you give me
But still, I do it all over again, happily

I think I really like the sensation
When your warmth cover up my whole body
Just like candles burned up by the flames,
I burn to pieces until I'm whole again in a new shape
So abstract, but so real
This is real
This feeling is real
Real shit that hurts me real deep
Too real that when I dream it's getting worse too
Worse that I wanna cut my heart in two

Shit!
No more poem for you,
No more room too

Well, I lied.
Good night, bastard.

Wednesday 28 January 2015

Buta Arah

Lihatlah, kemana makhluk itu akan pergi jika mata angin saja ia tak tahu, jika kompas saja ia tak punya. Bukankah hidup harus punya arah jelas untuk dituju? Bukankah buta arah akan berujung pada menyerah? Kurasa itu tidak sepenuhnya benar. Kau tak perlu lihai baca kompas agar tahu arah mata angin untuk wujudkan mimpimu, karena harapan dan pertolongan datang dari segala penjuru. Kau hanya perlu percaya itu.

Ia Menyulam Malam dengan Air Mata

Ia menyulam malam dengan air mata.
Bersama Tuhan yang nyata mengasihinya.
Bersama cinta bunda yang melingkupinya.
Bersama malaikat tak kasat mata yang menjaganya.

Ia menyulam malam dengan air mata.
Bersama tangan-tangan kokoh sang ayah mematri jendela.
Bersama tangis bayi lelaki dalam kereta beroda.
Bersama setan penuh hasutan iblis menggoda.

Ia menyulam malam dengan air mata.
Bersama rintik hujan gerimis penuh daya magis.
Bersama lampu temaram seakan malam.
Bersama bulan yang enggan bertatapan.

Ia menyulam malam dengan air mata.
Bersama lelaki yang telah pergi.
Bersama cinta yang telah mati.
Bersama doa yang tak henti mengiringi.

Selasa, 27 Januari 2015