tag:blogger.com,1999:blog-40667200796340215802024-02-02T12:15:59.937+07:00KavenovaSoliloquy | Memories | Dreams <br>
Est. 2009Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.comBlogger54125tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-61589198052673339932019-08-17T02:00:00.002+07:002021-03-08T10:12:46.683+07:00Basa-basi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdL0d8dNLDnt1SjABa2FdwPYafC35hhDhd2lalfyadIIFARqW5Agw9j1U-g7ErzdWMWef4Jvc_Ih9py4UmQTDU2Zc8tpY0iOjobAPJ0JU3IpDV0yrFDDCK9zD_ZEaI86cWiEqyPMwgXYzy/s2048/thought-catalog-505eectW54k-unsplash.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="<span>Photo by <a href="https://unsplash.com/@thoughtcatalog?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Thought Catalog</a> on <a href="https://unsplash.com/s/photos/desk?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Unsplash</a></span>" border="0" data-original-height="1365" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdL0d8dNLDnt1SjABa2FdwPYafC35hhDhd2lalfyadIIFARqW5Agw9j1U-g7ErzdWMWef4Jvc_Ih9py4UmQTDU2Zc8tpY0iOjobAPJ0JU3IpDV0yrFDDCK9zD_ZEaI86cWiEqyPMwgXYzy/s16000/thought-catalog-505eectW54k-unsplash.jpeg" /></a></div><br /><div><br /></div><div><br /></div>Saya tidak tahu harus memulai dari mana, tapi percayalah, membiarkan blog ini terbengkalai setahun lebih lamanya membuat saya dibayang-bayangi perasaan bersalah terus-terusan. Bahkan saya hanya mampu menulis tiga tulisan saja pada tahun 2018. Memalukan. Terlepas dari pekerjaan saya yang sekarang memang menulis, saya ragu saya pantas disebut penulis.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<span face=""arial" , sans-serif" style="color: #545454;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;">*</span></span></div>
<br />
Bagi saya, menulis adalah satu-satunya hal yang paling mampu dan paling gemar saya lakukan sejak pertama kali menulis cerita di umur... 12 tahun? Saya tidak ingat kapan persisnya, tetapi saya tidak pernah berhenti menulis sejak saat itu. Sampai ketika kuliah saya rampung. Setelah itu? Kenyataan hidup menampar saya berkali-kali di wajah. Menghadapi berbagai problematika membuat saya tidak sanggup jika masih harus memikirkan bahan tulisan lagi. Saya memang selemah itu, dan enggan berusaha tentunya. Padahal menulis sudah seperti terapi bagi jiwa saya, tapi malah telak-telak saya tinggalkan kegiatan itu.<br />
<br />
Realita dan dunia nyata seperti membuat saya kehilangan daya khayal. Saya terlalu menjajak di bumi, sedangkan saya selalu butuh untuk berada di awan jika saya ingin menulis dengan benar. Kadang saya juga berpikir, mungkin saya lupa pernah meninggalkan otak saya di suatu tempat, entah di mana. Bisa jadi di lorong kampus saya dulu, tempat yang lebih cocok disebut penjara daripada kampus. Mungkin juga tertinggal di jalanan ketika saya tak gentar bermotor di bawah terik matahari Pekanbaru atau di kala hujan deras mengguyur, dengan alasan sedang ingin keliling kota untuk sekadar cari inspirasi. Ya, saya dulu memang seniat itu. Yang jelas, menulis dengan lancar lambat laun menjadi semakin sulit untuk saya lakukan. Ini membuat saya cemas dan sedih.<br />
<br />
Saya tidak pernah merasa bahwa tulisan-tulisan saya bagus, sekalipun ada segelintir orang yang bilang bahwa yang saya tulis bagus. Entah mereka jujur atau hanya ingin menyenangkan perasaan saya saja. Namun, saya menulis bukan karena saya ingin dipuja, ingin viral, atau apapun lah itu. Saya menulis karena saya menyukai menulis, tidak peduli itu buruk di mata semua orang yang membacanya. Sesederhana itu.<br />
<br />
Seingat saya, saya yang dulu adalah seorang yang sangat pendiam. Jika kau mengenalkan secara personal, pada masa-masa itu saya seperti seseorang yang selalu murka pada dunia, dua puluh empat jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu. Setidaknya sampai lulus kuliah. Lambat laun hingga menjelang kelulusan, tingkat pendiam saya semakin lama semakin berkurang. Itu terjadi karena saya berusaha untuk belajar menjadi manusia yang lebih supel, dan tidak melulu sebal ketika melihat orang lain yang kelewat ramah atau bicara tanpa arti terlalu banyak di depan saya. Ya, tidak banyak yang keluar dari mulut saya pada masa-masa itu. Nyatanya, kebiasaan memendam banyak hal di dalam diri dan pikiran sendiri ini lebih banyak tidak enak dan ruginya. Rugi karena saya sering merasa kepala saya hampir meledak setiap kali saya tidak mengungkapkan sesuatu yang perlu saya ungkapkan. Saya seringkali lebih memilih bisu.<br />
<br />
Alasan itu lah yang membuat saya mulai menulis.<br />
<br />
Saya mulai menulis karena ada suara-suara yang tidak pernah bisa padam di dalam kepala. Saya menulis karena ada hal-hal yang perlu saya utarakan. Bagi diri saya yang dulu, berbicara seringkali sangat sulit, maka saya menulis, karena itu jauh lebih baik daripada saya hanya diam saja. Saya sadar saya tidak akan mengubah apapun dengan diam.<br />
<br />
Setelah kelulusan, saya memutuskan untuk hijrah ke ibukota. Keputusan yang sampai saat ini masih saja saya pertanyakan: apakah keputusan ini tepat? Bekerja, bergaul dengan banyak orang baru, bahkan harus mampu melakukan <i>small talk</i> dengan driver ojek online sedikit banyak melatih kemampuan interpersonal saya. Tentu saja saya masih lebih menikmati jika harus diam berjam-jam, akan tetapi berbicara tidak lagi jadi persoalan besar bagi saya dalam dua hingga tiga tahun terakhir. Di sini lah masalah bermula: berbicara seolah mematikan pikiran saya.<br />
<br />
Tentu saja pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar. Namun, dalam beberapa konteks, kalimat tersebut menjadi sangat relevan dengan yang saya alami. Berbicara membuat saya tidak lagi memendam banyak hal. Hubungan saya dengan ibu pun semakin dekat. Kami berjauhan, tapi saya merasa sangat dekat dengan ibu setelah kami sudah terpisah pulau. Saya jadi lebih sering bercerita, tentang apa saja. Ya, lagi-lagi ini membuat saya tidak memendam banyak hal, sehingga saya merasa tidak ada lagi kegundahan yang perlu saya ungkapkan lewat tulisan. Katanya penulis harus beteman dengan kesedihan dan kemuraman dunia, maka ia akan menelurkan karya-karya yang indah. Setidaknya begitu yang saya rasakan. Puisi dan prosa saya biasanya muncul ketika saya sedang muram. Well, saya tidak bilang karya saya indah, sih, tapi kau pasti paham maksudnya.<br />
<br />
Hidup saya yang seorang sendiri di tanah rantau tidak mulus-mulus amat, tentu saja. Sebenarnya tidak seratus persen tanah rantau, karena saya dulunya pun lahir dan pernah tinggal di kota yang gila ini. Keluarga besar dari pihak orang tau saya pun banyak di tanah ini. Namun, saya lebih sering sendiri daripada berkunjung ke tempat mereka. Pada kenyataannya saya memang seorang penyendiri. Hidup sendiri tentu punya banyak persoalan dan memicu kemelut di dalam perasaan. Soal pekerjaan, kehidupan, ditambah lagi percintaan yang tidak pernah jelas juntrungannya. Namun, tetap saja itu seperti tidak cukup untuk memicu otak saya berpikir agar mampu menulis cerita lagi. Hampir tiga tahun terakhir saya hanya mampu menulis puisi-puisi basi yang panjangnya hanya beberapa baris saja. Tidak lebih dari itu, dan tidak pernah bagus hasilnya. Hati saya tidak puas. Oh, hal lain yang saya mampu tulis adalah caption di halaman media sosial saya. Ugh, sungguh tidak membanggakan. Saya mengutuk diri sendiri; mengapa kau begitu bodoh? Bahkan untuk menyelesaikan tulisan ngalur-ngidul di blog ini saja saya kesulitan.<br />
<br />
Oh, sungguh saya tidak ingin berpanjang-panjang kata dalam basa-basi ini. Saya pun tidak yakin blog ini masih ada yang membaca, walaupun beberapa tahun lalu tempat hampa ini pernah ramai dikunjungi oleh entah siapa. Bahkan pernah ada yang terang-terangan menjiplak seluruh isi blog ini tanpa terkecuali. Meskipun pada saat itu saya kesal, saya anggap itu sebagai sebuah pencapaian.<br />
<br />
Inti dari tulisan ini adalah saya ingin kembali menulis seperti dulu. Sesering dulu dan selancar dulu, dengan ide-ide yang dulu seringkali sulit saya bendung. Saya ingin mewujudkan mimpi-mimpi yang sejak dulu saya punya. Kau harus percaya, saya sudah tidak sepemalas dulu lagi sekarang, jadi seharusnya apa-apa saja yang saya impikan dapat saya usahakan dan wujudkan pelan-pelan. Saya ingin melanjutkan belasan bahkan puluhan naskah yang sudah terbengkalai selama bertahun-tahun itu, atau meyusun naskah-naskah dengan cerita-cerita baru. Semoga pekerjaan saya yang baru tiga minggu saya jalani saat ini<span face=""arial" , sans-serif" style="background-color: white; color: #545454; font-size: 14px;">—</span>menjadi seorang copywriter dan penulis lepas<span face=""arial" , sans-serif" style="background-color: white; color: #545454; font-size: 14px;">—</span>tidak mempersulit semua keinginan itu. Ya memang seharusnya tidak mempersulit, bodoh! Otakmu saja yang sulit diajak berpikir.<br />
<br />
Ya sudah, sebelum tulisan kopong ini semakin panjang dan tak tentu arah, sepertinya saya harus berhenti, lalu tidur. Sesungguhnya saya sudah lelah sejak pukul 10 malam tadi karena meeting seharian. Ah, Fin, kau benar-benar terlalu banyak bicara sekarang. Pukul segini bukan saat yang tepat untuk mengeluh.<br />
<br />
Baiklah. Jadi, selamat tidur.<br />
<br />
<br />
2.27 AMElfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-89831973548211929442018-04-10T19:45:00.016+07:002021-03-08T10:36:51.766+07:00Kencan Daring dan Kisah Cinta Hilang Makna<div style="-en-clipboard: true;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkNIFqlmPVPoLZyXbdygdn-FQih2qEzCodGnZZ0PpY4t8kB-24dMvje1E_tguXehXkNh7u8dlMueMcP2Cj_9WLaUuKfjDHa-5LU_ijWgortif8n4fM-0-FJ2yn0HpoG0dd6J2TkfyCD4YX/s2048/priscilla-du-preez-DLuorYRjxJw-unsplash.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="<span>Photo by <a href="https://unsplash.com/@priscilladupreez?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Priscilla Du Preez</a> on <a href="https://unsplash.com/?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Unsplash</a></span>" border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1365" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkNIFqlmPVPoLZyXbdygdn-FQih2qEzCodGnZZ0PpY4t8kB-24dMvje1E_tguXehXkNh7u8dlMueMcP2Cj_9WLaUuKfjDHa-5LU_ijWgortif8n4fM-0-FJ2yn0HpoG0dd6J2TkfyCD4YX/s16000/priscilla-du-preez-DLuorYRjxJw-unsplash.jpeg" /></a></div><br /><div style="-en-clipboard: true;"><br /></div><div style="-en-clipboard: true;"><br /></div><div style="-en-clipboard: true;">Kalau dipikir-pikir, mungkin adalah sebuah hal konyol ketika saya dan jutaan warga dunia lainnya menggantungkan urusan cinta kepada sebuah aplikasi gratisan yang menjanjikan seorang belahan jiwa dan berharap sang jodoh akan tiba secara cuma-cuma dari gawai seukuran telapak tangan. Geser ke kiri dan ke kanan, semudah itu kini menilai ratusan orang asing yang berpotensi untuk jadi sang jodoh kelak. Tanpa perlu pikir panjang, tidak usah buang-buang waktu, cukup mudah menentukan suka atau tidak suka.</div><div style="-en-clipboard: true;"><br /></div><div style="-en-clipboard: true;">Manusia memang se-judgemental itu, semua dapat kita nilai dan pilih seenak jidat tanpa perlu repot-repot mengenal para calon kekasih itu terlebih dulu, bahkan berhasrat untuk mengenal pun tidak. Semua bisa langsung dinilai berdasarkan data yang sangat ala kadarnya: wajah, umur, pekerjaan yang tertera — itu pun kalau ada, dan foto-foto terbaik yang dipajang dengan narsisnya. Percayalah, beberapa tahun terakhir saya habiskan waktu swipe sana-sini hanya untuk mengisi kebosanan. Semua niat untuk kenalan akan luntur ketika matched dengan seseorang di sana, apalagi ketika menemukan fakta bahwa mereka tidak menarik-menarik amat karena kalimat pertama yang mereka lontarkan hanya sekadar perkara tinggal dan bekerja di mana.</div><div style="-en-clipboard: true;"><br /></div><div style="-en-clipboard: true;">Lalu apakah salah berharap sesuatu yang besar dan wah akan terjadi dengan cara instan dan mudah? Berharap dapat jodoh padahal usahanya hanya sebatas geser jempol ke kiri dan kanan. Saya tidak bilang bahwa kencan daring mutlak untuk orang-orang yang putus asa alias hopeless. <i>Well, in some part, maybe it is hopeless, but we also know that we use our phone and internet a lot on a daily basis. We even talk more on the internet than we do in our real lives</i>, jadi saya rasa tidak ada salahnya mencari calon pujaan hati di internet. Toh, kata orang jodoh itu jorok karena bisa ditemukan di mana saja, termasuk dunia maya.</div><div style="-en-clipboard: true;"><br /></div><div style="-en-clipboard: true;">Manusia adalah makhluk dinamis, adaptif terhadap perubahan, termasuk dalam urusan mengikuti perkembangan zaman. Entah itu baik atau buruk, teknologi yang maju saat ini sedikit banyak telah mengubah cara manusia menjalani hidupnya: bekerja, bersosialisasi, dan soal uruan mencari jodoh. Memang ada fakta bahwa banyak yang menemukan jodohnya dan menikah dengan seseorang yang mereka temukan di internet, melalui aplikasi kencan daring, media sosial, dan semacamnya-dan semacamnya. Bahkan seorang teman dari kantor lama saya memutuskan menikahi istrinya saat ini setelah bertemu di Tinder dan melakukan penjajakan selama kurang dari setahun. Namun, itu semua adalah sisi indah dari balada pencarian jodoh di dunia maya. Jika itu terjadi padamu, maka beruntunglah kau. Sisi buruknya? Sepertinya lebih banyak. Mulai dari munculnya fenomena ghosting — tiba-tiba muncul dan tiba-tiba hilang seperti hantu, hingga kisah kencan daring mengerikan lainnya yang bisa dengan mudah ditemukan di internet.</div><div style="-en-clipboard: true;"><br /></div><div style="-en-clipboard: true;">Kencan daring yang populer beberapa tahun terakhir tanpa disadari telah membentuk pandangan dan pola pikir manusia terhadap definisi hubungan itu sendiri. Kencan daring memberikan begitu banyak kemudahan dan pilihan; seseorang akan diberikan pilihan berupa ratusan perempuan cantik dan lelaki tampan yang diidam-idamkan seperti yang ada dalam khayalan. Hal ini membuat banyak orang menjadi bersikap cukup “seenaknya”, semudah dan seenak geser ke kanan dan kiri tentunya. Untuk apa susah payah berusaha kalau semuanya sudah sangat mudah sejak awal? Pendekatan dengan cara-cara instan pun dilakukan, bertemu sekali, dua kali, dan ketika ada sesuatu yang dirasa merepotkan lebih baik tinggalkan saja, lalu silakan buka kembali aplikasi kencan daringmu dan move on ke pilihan selanjutnya.</div><div style="-en-clipboard: true;"><br /></div><div style="-en-clipboard: true;">Hasrat untuk mendapatkan jodoh idaman dengan cara mudah dan instan seperti ini membuat kisah cinta menjadi kehilangan makna. Tidak benar-benar ada kedekatan emosi yang mendalam, atau untuk sekadar mencari tahu sang calon pasangan suka makan di mana dan apa warna favoritnya, karena sebelum tahu apa saja kesukaan dan ketidaksukaannya, semuanya sudah usai begitu saja. Seseorang begitu mudahnya berubah pikiran, menyerah, dan meninggalkan sebelum pernah benar-benar berusaha untuk mempertahankan. <i>As if meeting someone through an app make them less of a human, so it’s okay to hurt each other’s feelings and leave when things get inconvenient. Such an ugly truth.</i></div><div style="-en-clipboard: true;"><br /></div><div style="-en-clipboard: true;">Faktanya, seinstan apapun, mie instan saja tetap butuh proses dalam penyajiannya. Lalu apakah ‘harga’ yang harus dibayar untuk mendapatkan jodoh kini lebih murah dari sebungkus mie instan?</div></div>
Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-28192856163191183452018-04-04T20:03:00.003+07:002021-03-08T10:19:32.437+07:00Hujan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1ci-TplcuJgQ3z1M9FMh0hbJm4kComE_WpaPabQlmBgXaL7S6dLqOhQLzXL_bE0yocIdgSukqHT9wrMcMPbvld1MthFotMN1fsqLNvgcN0SZqbPEONSGRSGPXUEDvYJHux11rxFNuzKmm/s5782/raychan-Lxj2F-dLjio-unsplash.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="<span>Photo by <a href="https://unsplash.com/@wx1993?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Raychan</a> on <a href="https://unsplash.com/s/photos/rain-street?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Unsplash</a></span>" border="0" data-original-height="3243" data-original-width="5782" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1ci-TplcuJgQ3z1M9FMh0hbJm4kComE_WpaPabQlmBgXaL7S6dLqOhQLzXL_bE0yocIdgSukqHT9wrMcMPbvld1MthFotMN1fsqLNvgcN0SZqbPEONSGRSGPXUEDvYJHux11rxFNuzKmm/s16000/raychan-Lxj2F-dLjio-unsplash.jpeg" /></a></div><br /><div style="-en-clipboard: true;"><br /></div><div style="-en-clipboard: true;"><br /></div><div style="-en-clipboard: true;">
Jalanan basah malam itu, beserta mataku.
</div>
<div>
Hujan adalah kelambu bagi jiwa-jiwa penuh dahaga dan raga yang ingin terbebas dari derita.
</div>
<div>
Rintik itu menghadirkan rindu pada matahari yang lalu, sementara aku hanya lah sebuah bola lampu.
</div>
<div>
Dan kita terus saja berlari mengejar apa-apa saja yang fana, mungkinkah selama ini kita hanya menyulam luka?
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ada kita, tanpa jeda, tanpa kata.</div>
<div>
Tak pernah saling berebut dan ribut tentang siapa yang akan berjalan di depan atau tertinggal di belakang,
</div>
<div>
karena aku ingin bergandengan tanpa ada payung abu-abu dari masa lalu.
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sebodoh-bodohnya aku,
</div>
<div>
aku lah orang yang paling berhati-hati dalam urusan hati.
</div>
<div>
Seberani-beraninya aku,
</div>
<div>
aku lah manusia yang terlalu takut untuk jatuh cinta.
</div>
<div>
<br /></div>
<!--?xml version="1.0" encoding="UTF-8"?-->
<br />
<div>
Malam ini, adakah hujan sudah reda? </div>
Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-60562017444780746362018-02-13T11:00:00.001+07:002021-03-08T10:28:52.170+07:00Mendengarkan Musik Jazz<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_WgdSqQiDsOdr-PkiywAUlY74rjTZOx0w3naE0gjl9J41iks68NTFnkFA1eeadtuGufCuELSR0rBJbChhMm5uB4m1XOqwzhvL1j2DvO0wgzw2lx2Eqfx-Fv8fGW0TiyQi0qlBCI39YKkr/s2048/luca-lo-tartaro-2aoG0ksyrvQ-unsplash.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="<span>Photo by <a href="https://unsplash.com/@lucalotar?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Luca Lo Tartaro</a> on <a href="https://unsplash.com/?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Unsplash</a></span>" border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_WgdSqQiDsOdr-PkiywAUlY74rjTZOx0w3naE0gjl9J41iks68NTFnkFA1eeadtuGufCuELSR0rBJbChhMm5uB4m1XOqwzhvL1j2DvO0wgzw2lx2Eqfx-Fv8fGW0TiyQi0qlBCI39YKkr/s16000/luca-lo-tartaro-2aoG0ksyrvQ-unsplash.jpeg" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">
Seperti biasa dan yang sudah-sudah, tidak pernah ada pertemuan yang benar-benar kita rencanakan. Mungkin hidup memang bukan soal kebetulan, tapi menemukan kamu adalah sebuah kebetulan dan mungkin kelak jadi pilihan yang akan selalu menyenangkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kamu selalu datang tiba-tiba, di saat yang tak pernah bisa diduga. Seperti petir yang bergetar di langit siang hari tanpa ada pembuka hujan dan gejala alam lainnya, kamu muncul begitu saja tanpa dinyana. Lagi-lagi sebuah kebetulan yang sungguh menyenangkan untuk diterima dengan lapang dada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada berbait-bait lirik musik jazz malam itu, kamu kembali muncul dengan warna bajumu yang selalu itu-itu saja. Menawarkan hal-hal baru tanpa kita perlu terlalu lelah untuk berusaha melakukan apa-apa. Apa-apa saja yang bukan kita dan tidak kita suka. Setelah berbait-bait lagu itu, kamu bertahan pada pilihanmu untuk tidak pulang. Menetap, berbaring di sebelahku, dengan tanganmu yang selalu berada di bawah bantal, entah sedang menggapai apa. Kamu yang pada malam itu begitu pulas bagai batu. Hanya ada napas-napas kita yang menderu, dan segala ketidakpastian yang kita abaikan, karena kita lebih memilih untuk terlelap dalam buaian dongeng-dongeng alam.Percayalah, berada di sebelahmu adalah cara tidur terbaik yang pernah ada. Memandangimu tidur adalah hal terbaik setelahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah berpuluh-puluh beratus-ratus cerita, kamu masih saja betah berlama-lama mendengar keluh kesah dan segala cerita dari mimpi-mimpi buruk saya. Tentang apa saja, tentang hal-hal yang terjadi di atas semesta. Termasuk kamu, dan segala jenis kombinasimu, yang ingin saya bekukan kemudian dibawa pulang. Kamu selalu berkata bahwa yang paling jahat adalah waktu, kini saya memahaminya. Tidak ada yang bisa diulang, tapi pernahkah kamu berpikir, apa mungkin pertemuan-pertemuan tanpa rencana ini sebenarnya adalah cara kita untuk mengulang cerita kemarin yang dengan mudah hilang ditelan waktu?</div>
Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-74134479479497689432017-12-22T21:18:00.002+07:002021-03-08T10:32:44.147+07:00Di Ketinggian Sekian Puluh Ribu Kaki<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioKePrFJQGuNtLHaHZBe5l3rgR9m9TwAO1gSqTUw_EFv4IlP3pAxLdEv9ZvqP_6GFK4_hI2rSH1u3rGHNvg5_xi6GgulzZ4iOfxY0hZ67eLPC5A2wLr57KT74zNBxWHNxCRYYR_iIB4_BR/s2048/mike-palmowski-NQ5X_TDOT1k-unsplash.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="<span>Photo by <a href="https://unsplash.com/@mikepalmowski?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Mike Palmowski</a> on <a href="https://unsplash.com/s/photos/plane?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Unsplash</a></span>" border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1365" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioKePrFJQGuNtLHaHZBe5l3rgR9m9TwAO1gSqTUw_EFv4IlP3pAxLdEv9ZvqP_6GFK4_hI2rSH1u3rGHNvg5_xi6GgulzZ4iOfxY0hZ67eLPC5A2wLr57KT74zNBxWHNxCRYYR_iIB4_BR/s16000/mike-palmowski-NQ5X_TDOT1k-unsplash.jpeg" /></a></div><br /><div><br /></div>Di atas sini,<br />
ada harap yang kalap,<br />
dan ketidakpastian yang pasti,<br />
menyelimutiku dari ubun-ubun hingga mata kaki.<br />
<br />
Ternyata memikirkanmu lebih sesakkan dada<br />
daripada harus bernapas dalam ruang hampa udara.<br />
Bukan salahmu jika kali ini aku sepi.<br />
Nyatanya terkadang manusia hanya mengamini apa-apa saja yang mereka kehendaki.<br />
Dan yang kutahu,<br />
menjauh dari gravitasi yang menarik jiwa jatuh terlalu jauh terasa lebih mudah,<br />
dibanding hadapi rasa yang membuat hati berakhir gundah.<br />
<br />
Di luar sana gelap, aku ingin terlelap.<br />
Namun ada ketidakmampuan untuk menyentuh dunia mimpi,<br />
sebab kepalaku tak henti-henti<br />
menyanyikan lagu-lagu yang mengganggu.<br />
Dan bercerita tentang segala macam luka yang menuntut lupa.<br />
<br />
Ratusan mata-mata lain lelah mengantuk,<br />
duduk termangu ketika makhluk-makhluk berseragam batik membagi-bagi roti.<br />
Aku dingin, aku beku.<br />
Aku hampir mati dikoyak-koyak sepi.Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-66084707529420911242017-12-21T20:58:00.000+07:002019-08-17T02:32:43.531+07:00Anak Kecil<div>
Anak kecil dalam diriku benci sepi. Ia ingin ramai bagai pasar dan jalanan ibukota di malam tahun baru. Ia ingin dengan mudah mencari dan beli ini-itu, memakan yang manis-manis hingga giginya berlubang dan copot satu-satu. Ia ingin ibunya kelimpungan mengomelinya karena ia ingin begadang nonton Srimulat saja malam itu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Anak kecil dalam diriku hobi berlari-lari di padang rumput sore hari, dan gagal menaikkan layang-layang berkali-kali. Ia ingin naik sepeda keliling kampung hingga kulitnya menggelap bagai lempung. Ia seorang pemimpi yang <span style="-webkit-text-size-adjust: 100%;">ingin jadi penyair, pelaut, presiden, ahli geografi, serta mahir main perkusi. Ia ingin ke Eropa dan Australia kemudian berbicara pada koala.</span></div>
<div>
<br /></div>
<br />
<div>
Anak kecil dalam diriku suka berdoa pada Tuhan yang diyakininya ada dan akan selalu di sana. Anak kecil dalam diriku tidak takut berkhayal, berharap, dan menerka-nerka apa-apa yang bisa saja tidak ada. Anak kecil dalam diriku bersuka cita pada hidup yang luas di dunia kecilnya. Ia hanya tahu dua jenis cinta pria dari ayah dan adiknya. Anak kecil dalam diriku tak pernah pusing memikirkan nanti malam akan makan apa.</div>
Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-80494848505836834882017-04-09T13:03:00.000+07:002019-08-17T02:32:43.844+07:00Membersihkan Beranda<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Pagi-pagiku tak pernah diisi dengan kicauan burung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hanya ada deru-deru motor yang kudengar<br />
di kejauhan dari kamarku yang ukurannya tak seberapa.<br />
Dan piring kotor sisa aku makan semalam.<br />
Dan cangkir-cangkir bersemut bekas minum kopi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku akan menyapu beranda rumahku hari ini.<br />
Menyapu bersih sisa hujan badai subuh tadi.<br />
Membuang daun-daun kering itu ke tempat semestinya.<br />
Atau mungkin membakarnya saja,<br />
namun asapnya bisa jadi hal yang menjengkelkan bagi tetangga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tamu terakhir yang datang dan singgah<br />
sudah kembali pulang ke rumahnya.<br />
Ia selalu datang di akhir pekan<br />
dengan gula-gula manis yang kumasukkan ke dalam cangkir kopi pahit.<br />
Kukira ia akan jadi penghuni baru di rumahku kelak,<br />
aku lupa ia hanya tamu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia datang tiap akhir pekan<br />
dengan cerita-cerita tak biasa.<br />
Aku suka mendengarnya bercerita,<br />
tentang apapun itu.<br />
Aku mempelajarinya setiap saat,<br />
dari cerita-ceritanya, dan dari caranya bercerita.<br />
Kami selalu duduk di beranda rumahku di sore hari.<br />
Ketika malam menjemput,<br />
ia bilang ia akan pergi untuk beberapa saat karena ada urusan,<br />
lalu akan kembali lagi di akhir pekan mendatang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu sore di akhir pekan, di berandaku,<br />
aku kembali menunggunya<br />
dengan dua cangkir kopi dan wajah berseri-seri,<br />
namun ia tidak datang kali ini.<br />
Aku menunggu berjam-jam.<br />
Satu, dua, tiga jam. Hingga malam.<br />
Ah kupikir mungkin ia tersesat,<br />
lupa jalan ke rumahku,<br />
atau ia sudah menemukan rumah baru dengan beranda yang lebih apik,<br />
atau ia bosan dengan kopi buatanku,<br />
atau sudah enggan bercerita kepadaku.<br />
Atau bisa saja sesederhana ia hanya tak ingin datang lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hingga saat ini, sudah beberapa akhir pekan kulewati<br />
dengan tetap menunggunya di beranda,<br />
namun ia tak kunjung hadir dengan cerita-ceritanya.<br />
Aku pun mulai kekenyangan menunggu<br />
dengan pertanyaan-pertanyaan<br />
yang tak kunjung dapat kujawab.<br />
<br />
Jadi kuputuskan saja untuk membersihkan berandaku hari ini,<br />
memperindahnya, menghiasnya dengan nuansa baru,<br />
kalau-kalau nanti akan ada yang berkunjung lagi,<br />
atau malah bersedia menetap<br />
untuk menemaniku menjadi tuan rumah.<br />
Bisa jadi orang lain, seorang asing yang baru.<br />
Atau mungkin nanti ia akan datang lagi<br />
di suatu sore di akhir pekan dengan cerita-cerita baru.<br />
Atau malah tidak sama sekali.</div>
Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-64150179471879631672017-01-21T23:08:00.003+07:002021-03-08T11:13:15.969+07:00Resah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-1GsikldELYroJHCr_dwjHUp5Qw8u3_xdeGTX0sXOHQan-RYVTfRKh59mWUtlHS3W4Pk3EJIP6CeP5CMnqLhXOW8wPAqZScz2cPm98Fayk24QoR6pguvGAC6264bbo9qzTz8oO8YuvAZY/s2048/jake-weirick-TwemUQC-enA-unsplash.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="<span>Photo by <a href="https://unsplash.com/@weirick?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Jake Weirick</a> on <a href="https://unsplash.com/s/photos/woman-coffee-shop?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Unsplash</a></span>" border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1365" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-1GsikldELYroJHCr_dwjHUp5Qw8u3_xdeGTX0sXOHQan-RYVTfRKh59mWUtlHS3W4Pk3EJIP6CeP5CMnqLhXOW8wPAqZScz2cPm98Fayk24QoR6pguvGAC6264bbo9qzTz8oO8YuvAZY/s16000/jake-weirick-TwemUQC-enA-unsplash.jpeg" /></a></div><br /><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Harusnya ikut kututup tirai-tirai langit itu<br />
ketika matahari menyembunyikan rupanya<br />
di balik selimut luas yang kausebut laut,<br />
untuk sekadar menyamarkan gundah-gundah<br />
yang tak patut kita sembah.<br />
<br />
Bersama dengan sosokmu yang pudar<br />
dalam hening-hening lampu temaram,<br />
kupastikan aku masih dapat melihatmu<br />
duduk menatapku nanar<br />
dengan segala macam kegelisahan<br />
yang tidak pernah benar-benar kauucapkan.<br />
<br />
Aromamu selalu lebih tajam dari puluhan belati,<br />
dan aku rela ditikam berkali-kali.<br />
Sekali lagi kurengkuh tubuh ringkihmu yang meringkuk tertunduk,<br />
di sela-sela jariku pada tiap-tiap helai rambutmu,<br />
ada detak jantungku yang berderu menggebu-gebu.<br />
<br />
Kuperhatikan terus wajahmu yang minim mimik-mimik,<br />
senyum-senyum letih itu terus saja membuatku bergidik.<br />
Dalam sisa-sisa tenaga yang kaupunya,<br />
hangat tubuhmu tetap mampu memelukku begitu eratnya.<br />
<br />
Kita telah cukup lelah menggapai sesuatu yang tak tercapai,<br />
namun katamu belum tiba gagal itu,<br />
dan belum saatnya berhenti menyusuri hilir yang dituju.<br />
<br />
Katamu daun-daun dan ranting-ranting itu masih tumbuh,<br />
dan keyakinan-keyakinan itu,<br />
kaubilang kita hanya perlu bersungguh-sungguh.<br />
<br />
Dengan segala ketidakmampuan merealisasikan bentuk-bentuk asa,<br />
tetap setia kita teriakkan doa-doa kepada Dia Yang Esa.<br />
<br />
Tuhan,<br />
pada dinding-dinding hati yang merekah rasa gelisah berbongkah-bongkah,<br />
resah-resah itu lenyapkanlah.Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-13471141968381647632016-11-13T23:46:00.000+07:002019-08-17T02:32:41.999+07:00Di Toko Buku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sore itu, senja menyapa tanpa kata. Hanya ada kita dan pasang-pasang mata yang enggan menatap, dan bibir-bibir bungkam yang menolak bersuara. Adalah sosokmu yang datang dengan sepasang sepatu coklat, dan kemeja hijau tua yang warnanya lebih gelap dari langit. Dalam sebuah ruangan hangat dengan rak-rak terisi banyak buku bersampul aneka rupa, mereka seolah menunggu kita saling bertegur sapa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Sore itu, aku mengambil kesimpulan bahwa kau lebih menarik untuk kubaca dibanding buku dengan judul dan alur cerita apapun. Atau dari cakram padat berisi puluhan gubahan dengan berbagai aliran, suara rendahmulah yang lebih kutunggu-tunggu untuk melagu.<br />
<br />
Sore itu, aku membaca binar-binar matamu ketika kaubercerita tentang hal-hal yang kausuka, atau ketika kau sekadar ikut menyanyikan lagu-lagu asing entah milik siapa. Dan gerak-gerak tanganmu di udara lepas. Dan senyum-senyum tipis penuh daya magis. Dan semua gestur milikmu. Semua itu kubaca tanpa rasa ragu.<br />
<br />
Sore itu, dan sore-sore di hari-hari berikutnya, di sebelahmu adalah tempat paling liar di muka bumi, diiringi tawa-tawa riuh itu, dan bagaimana kaumenyentuhku tanpa kau perlu menggunakan kedua tanganmu. Kuyakini kita tidak akan kehabisan waktu untuk terus membaca lembar demi lembar yang tersaji.<br />
<br />
Sebab kau adalah kumpulan buku-buku yang sampulnya temaram lalu menjadi satu. Seperti senja sore itu, kau hadir suguhkan ribuan hal dan cairkan sudut-sudut hati yang beku. Lalu aku adalah buku yang dikurung oleh gembok dengan kunci yang tersimpan entah di mana, namun untukmu, kuberikan kunci itu secara cuma-cuma. Ketika kau mulai membaca, akan kautemukan segala macam yang mengisi jiwa.<br />
<br />
Dan kita adalah buku dengan kertas berjumlah tanpa batas, dengan warna-warni imaji menggeliat bebas, yang memilih untuk bertukar ragam cerita, berharap saling menemukan banyak kejutan setiap kali membuka halaman selanjutnya.<br />
<br />
Sungguh aku menikmatinya, di toko buku sore itu, dan tentu saja sore-sore di hari-hari berikutnya, bersama aromamu yang lebih tajam dari lembar-lembar sebuah buku baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br />
Jakarta, November 9th, 2016Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-10489124519688496822016-04-13T19:07:00.001+07:002019-08-17T02:32:41.843+07:00Deret Angka Tanpa Makna?<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span style="font-family: inherit;"><br /></span><span style="font-family: inherit;">Hidup seperti matematika, katanya. Hampir semua hal dalam hidup ini berhubungan erat dengan angka. Mulai dari tanggal, bulan, dan tahun lahirmu, usia, tinggi dan berat badanmu, pukul berapa kamu tidur, berapa indeks prestasi komulatif yang kamu dapat di kampus, sampai total gaji yang kamu terima setiap bulannya. Semuanya berhubungan dengan angka. Tanpa angka, akan dengan apa semua hal tadi dijelaskan? Bagaimana caramu membeli sepatu jika tidak ada angka? Haruskah kamu mengukur panjangnya dengan alat lainnya? Tapi lagi-lagi, kamu pun butuh angka untuk melakukan itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Belasan deret angka yang ada dalam total rekeningmu di bank mungkin dapat memperlihatkan bahwa kamu adalah seorang pengusaha sukses, kamu mampu membeli rumah di mana pun kamu mau, dengan mobil-mobil harga ratusan juta yang terparkir anggun dalam garasi yang dirancang sedemikian rupa keamanannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Tiga digit angka pada indeks prestasi komulatif yang disebut oleh rektormu ketika wisuda, serta berapa lama kamu menghabiskan waktumu dalam sebuah institusi pendidikan tinggi dapat membuat orangtuamu bangga atau malah membuatmu malu, ketika semua wisudawan, wisudawati, dan hadirin tahu bahwa kamu membuang waktumu—mereka bilang lulus kuliah terlalu lama adalah buang-buang waktu— lebih lama dibanding yang lainnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Mereka bilang, angka-angka yang muncul pada alat ukur ketika kamu mengukur tinggi dan berat badanmu dapat menentukan betapa dirimu menarik atau tidak. Bahkan, dalam sebuah tes pendidikan atau pekerjaan yang memiliki standarisasi tertentu, angka-angka tadi bisa saja dengan mudah membuatmu diterima atau ditolak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Sebegitu pentingnya deretan angka dibutuhkan dalam segala hal, namun apakah angka serta-merta dapat menjadi tolak ukur dalam segala hal pula? Saya rasa, kesuksesan, kecantikan, atau apapun hal di dunia ini—yang mayoritasnya menuntutmu untuk memiliki angka tinggi—yang ada dalam hidup manusia, tidak dapat ditakar dengan permainan angka-angka yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Jangan biarkan deret angka tanpa makna itu mendefinisikan siapa, bagaimana, dan seberhasil apa dirimu dalam hidup.</span></div>
Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-40498054896371706372016-02-04T23:01:00.002+07:002019-08-17T02:32:42.668+07:00Senandika<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Malam menjadi pucuk-pucuk segala rupa.<br />
Bagi kata-kata mengutuk,<br />
Untuk kepala-kepala yang terantuk,<br />
Dan jiwa-jiwa penuh rasa kantuk.<br />
<br />
Kepadanya semua pulang,<br />
Bernaung di bawah tempat usang yang kau sebut rumah.<br />
Dibalik selimut apek yang tak dicuci berminggu-minggu,<br />
Kau mengadu pada sang ibu ketika ibu pertiwi terasa tiri.<br />
<br />
Kau memimpikan hujan-hujan,<br />
Penghilang rasa haus dahaga dan gersang.<br />
Dalam pelukan semesta,<br />
Bersama mimpi-mimpi yang hilang,<br />
Ditelan para penguasa jalang.<br />
<br />
Bintang-bintang yang kau hitung tiada guna,<br />
Ada ribuan bahkan jutaan,<br />
Lenyap bersama sang gelap.<br />
<br />
Kemana, kemana sang bulan pergi?<br />
Oh, rupanya sedang ngopi-ngopi bersama matahari.<br />
<br />
Ada gumpalan hitam menuju dimensi lain,<br />
Ternyata itu yang mereka sebut lubang cacing.<br />
Membawa tubuh ringkihmu pergi,<br />
Dari dunia yang timbulkan perih tak terperi.Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-1837230963285719152016-01-30T23:17:00.000+07:002019-08-17T02:32:42.117+07:00Pagi Para Perantau<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti biasa, ada suara kokok ayam jantan entah milik siapa yang setiap harinya melagu di pagimu yang lembab, mengisi fajar-fajar penuh warna oranye muda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adalah engkau yang berdesakan di jalanan demi sampai ke tempat tujuan yang kau sebut kantor sambil terkantuk-kantuk sisa bekerja semalam suntuk. Hatimu mengutuk bos terkutuk. Kau merasa pekerjaan paling berat setiap pagi adalah membuka mata karena cangkir-cangkir kopi hitam tadi malam hanya memberi khasiat beberapa jam semata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kau tidak tidur lagi kali ini, demi membahagiakan pekerjaan sang bos dengan harapan naik gaji. Ketika orang-orang pulas tidur untuk bermimpi, kau malah bermimpi untuk tidur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pagimu yang dingin dihadiahi asap-asap dari pengendara lain yang kau anggap kurang beradap. Dadamu pengap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Decitan ban kendaraan mengisi pagi-pagimu yang beku, sebeku hatimu mendengar keinginan sang ibu yang memintamu pulang, namun kau tak punya cukup uang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Teriakan kenek angkutan umum terdengar sayup-sayup di daun telingamu yang layu. Tidak ada perempuan dalam hidupmu, untuk tidur pun kau sering tak punya banyak waktu.</div>
<br />
<br />
January 6th, 2016Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-46447867400748829992016-01-03T14:38:00.006+07:002019-08-17T02:32:42.863+07:00Memasang Bola Lampu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kau berjinjit-jinjit mengangkat tanganmu menuju ke atas kepalamu, sulit. Menggapai-gapai apa yang ingin dicapai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kau memandang ke atas, tempat yang tak begitu tinggi. Pikirmu itu dapat kau capai dengan mudah menggunakan alat bantu apa saja, tangga bambu, tangga besi, kursi, enggrang jika keseimbanganmu bagus, atau bantuan dari seseorang yang lebih tinggi, jika mereka bersedia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kau mencari-cari segala bentuk bantuan yang kusebutkan tadi, namun tidak menemukan apapun. Kau kira kau memiliki segala alat bantu itu, nyatanya tidak. Kau harus mencarinya sendiri, segala bantuan tadi. Tidak seperti acara adu ketangkasan di televisi yang semua alat bantunya disuguhi dan kau hanya tinggal pilih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kau sendiri, berdiri menatap ke atas, tempat yang tidak begitu tinggi, di ruangan kosong berukuran sekian kali sekian meter yang tak kau tahu pasti. Kau sendirian, kepindahanmu ke tempat baru, lalu kau ingin memasang bola lampu. Tubuhmu rendah, tidak tinggi, dan kau sendiri, apa yang bisa kau lakukan dengan itu?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kau berjinjit-jinjit mengangkat tanganmu menuju ke atas kepalamu, menggapai-gapai yang ingin kau capai, itu bahkan terasa sangat sulit, walau hanya untuk sekadar memasang bola lampu. Kau terus menggapai ruang hampa, hanya udara diam yang kau sentuh dengan kedua tanganmu. Kau lelah, susah-susah berpeluh basah, usahamu sia-sia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti hidup dan mimpi.<br />
<br />
Kau bersama segala sanak saudara, sahabat, dan kerabat. Kau dan uangmu di dalam tabungan yang tak seberapa itu, serta benda elektronik canggih yang kau beli ketika rilis edisi terbaru. Namun kau sendiri. Kau sendiri.<br />
<br />
Manusia-manusia penuh mimpi tidak akan merasa cukup bahagia dengan benda-benda mati jika mimpi dan hasratnya yang tinggi tak ia miliki. Kongkow-kongkow tiap malam Minggu, haha-hihi minum Martini, tidak berarti, ketika jam 3 pagi kau pulang ke sebuah apartemen mewah yang masih kau cicil setiap tahunnya, dan kau menyadari mimpi-mimpi yang ada dalam angan belum berada di genggaman.<br />
<br />
Benda-benda mati hanya pelengkap kebahagiaan, mimpi-mimpi itulah yang membuatmu tetap hidup dan bertahan. Bersama puluhan teman-teman yang hanya ada ketika bersenang-senang, terbahak-bahak sampai beruarai air mata sejenak, lalu kau pulang dan lagi-lagi kau sendiri. Kau sendiri.<br />
<br />
Jika tak ada bantuan dan dengan segala dayamu yang pas-pasan, serta kau tak pandai-pandai menggunakan kesempatan dan segala kemewahan, kau hanya akan berjinjit-jinjit tak berguna, menggapai-gapai yang ingin kau capai; mimpi, namun yang kau gapai hanya ruang hampa, udara diam yang menyentuh kedua tanganmu, dan hatimu yang gelisah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>3 Januari 2016</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>di sebuah ruang kosong yang gelap</i></div>
Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-75400241338829659142015-12-30T12:11:00.003+07:002019-08-17T02:32:43.805+07:00Kita Adalah Orang Yang Berjalan Pelan-pelanKita adalah dua orang yang berjalan pelan-pelan,<br />
berbeda dalam ruang dan waktu,<br />
kau dan dawai-dawai itu,<br />
aku bersama bibirku yang memilih bisu.<br />
<br />
Kita adalah dua orang yang berjalan pelan-pelan,<br />
kemudian saling menemukan,<br />
lalu ada sukmamu melingkupiku dan ketiadaanku.<br />
<br />
Kita adalah dua orang yang berjalan pelan-pelan,<br />
kian melambat,<br />
saling melepaskan genggaman yang dulu erat.<br />
<br />
Kau dan aku adalah dua orang yang berjalan pelan-pelan,<br />
memilih berpisah,<br />
ketika dulu, hulu yang kita sebut tujuan,<br />
tak lagi satu arah.Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-19446675263622033232015-12-25T16:07:00.001+07:002019-08-17T02:32:42.196+07:00MimpiKau terbangun di tengah malam, menangisi mimpi-mimpi menyeramkan.<br />
Benakmu dipenuhi bayangan-bayangan yang memburu.<br />
<br />
Orang bilang mimpi adalah bunga tidur,<br />
dan tidak ada yang perlu kau khawatirkan.<br />
Bukankah bunga seharusnya indah?<br />
Namun mengapa yang kau alami malah membuat napasmu terengah.<br />
<br />
Sekelebat ingatan menghantui sudut pikiranmu<br />
seakan-akan semua itu nyata padahal tidak.<br />
Mimpi-mimpi buruk di malam-malam sunyi terus mengikuti.<br />
Kau kualahan mengatur napas setelah menyaksikan kejadian mengerikan,<br />
entah itu perampokan, pembunuhan, atau sosok-sosok asing yang menertawakan.<br />
<br />
Mimpi tidak dapat menyentuhmu,<br />
apalagi melukaimu.<br />
Namun mimpi dapat mempengaruhi suasana hatimu, seharian,<br />
dan ia dengan mudah menguasaimu.<br />
<br />
Jangan biarkan hal-hal mengganggu jadi belenggu.<br />
Apalagi itu hanya mimpi yang tak berarti.<br />
<br />
Sekarang ambilah segelas air dan kembali berbaringlah,<br />
kembalilah ke tidurmu.<br />
Jangan lupa baca doa,<br />
agar Tuhan melindungimu dari iblis-iblis pengganggu.Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-72473851456934585332015-12-24T11:19:00.002+07:002019-08-17T02:32:43.688+07:00Empat Dinding Abu-abu<div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSQ4PAMhZxwA_H7XTEUZXJOOKOKRtkThb__KtZ72GGpFUSfMR4i5_gd3lpj9SpFkDsx9jQ21C6VarsjKKbA2wPkNUEBbw9xui9Z8tNUKSLGv6HxXHZJDQRyIlFyG1OZJfUedQa37zjvhco/s1600/The-Empty-Room_7936_image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSQ4PAMhZxwA_H7XTEUZXJOOKOKRtkThb__KtZ72GGpFUSfMR4i5_gd3lpj9SpFkDsx9jQ21C6VarsjKKbA2wPkNUEBbw9xui9Z8tNUKSLGv6HxXHZJDQRyIlFyG1OZJfUedQa37zjvhco/s640/The-Empty-Room_7936_image.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
Hujan mengguyur tanah kering di bawah khatulistiwa ini bagai peristiwa yang tak diduga-duga. Sudah lama aku tidak melihat hujan jatuh begitu keras, sekeras aku jatuh pada sesosok lelaki angkuh yang sekarang menjelma ingatan keruh.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Delapan tahun aku menempati ruangan dengan empat dinding berwarna abu-abu, saksi segala macam kisah, yang membahagiakan dan yang pernah membuatku hampir menyerah, baik berwarna maupun kelabu. Kalau mereka dapat bicara, kurasa mereka muak menyaksikan malam ini aku dapat tertawa gila lalu besoknya aku tenggelam dalam air mata lara.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Empat dinding abu-abu menemani kesendirianku yang tak kunjung berlalu. Aku selalu suka sendiri. Sebetapapun perhatian dan tampannya pacarku suatu kala, aku tetap punya banyak waktu untuk bercengkrama bersama diri tercinta. </div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Empat dinding abu-abu menyaksikan betapa aku suka bercinta dengan segala yang kucinta. Segala jenis film, buku, puisi, musik, camilan enak yang tidak bergizi, petikan gitar fales, dan suara nyanyianku sendiri. Kekasih? Aku tidak akan bercinta dengan orang-orang yang memberikan cinta yang dangkal. Itu sama saja dengan menghina diri sendiri.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin aku akan berbesar hati mengucapkan maaf kepada mereka yang pernah mencintaiku dan merasa telah memberikan sepenuh hatinya tanpa ragu. Tapi aku masih tetap yakin kalau cinta mereka itu dangkal. Atau kadang aku yang kelewat pakai akal.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Bagiku, segala macam hubungan bisa diukur dengan logika. Bahkan hubunganmu dengan Tuhanmu. Kuyakini bahwa agamaku adalah agama paling logis. Yang kutahu beberapa ilmuwan negara-negara Eropa telah melakukan penelitian dan lalu berpendapat seperti demikian. Jadi jika kukatakan cinta mereka dangkal, itu karena aku percaya pada akalku yang mampu menakar.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Empat dinding abu-abu ini beda cerita. Ia tak perlu logika ketika melihatku terbahak karena orang yang jauh di seberang pulau berkelakar, kemudian esoknya meratapi orang yang sama karena mendadak memutuskan untuk pergi. Menyedihkan sekali, namun itulah bagian dari hidup yang mendewasakan. Tidak ada yang perlu diratapi.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Empat dinding abu-abu tidak perlu rasa sabar dan empati yang besar dan menenangkan. Tanpa itu semua dan dibiarkan sendiri pun aku akan sadar bahwa aku seringkali salah bersandar. Empat dinding abu-abu membiarkanku belajar pada hal-hal yang salah dan benar.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Kepada mereka, dinding-dinding kokoh yang malam ini melindungiku dari hujan yang tajam, aku berterimakasih karena telah senantiasa memberi kasih tanpa pamrih. Dan lagi ritual siang dan malam setiap harinya, menatapku tidur bagai batu dengan liur di bantal-bantal bau yang lama-lama membeku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
23 Desember 2015</div>
</div>
<div>
</div>
Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-34681181951022882172015-12-21T22:36:00.003+07:002019-08-17T02:32:42.589+07:00VernachlässigungAku ingat ketika kala itu,<br>
kita duduk termangu menghadap dunia fana,<br>
di balik tirai-tirai tak kasat mata di pinggir kota,<br>
yang melindungi kita dari segala yang membutakan,<br>
dan yang menenggelamkan jiwa dalam abu-abu semesta.<br>
<br>
Ketika kedua pasang mata kita bertemu,<br>
dan bibir berucap lirih,<br>
ada nanar yang samar karena telah lelah didera oleh lara.<br>
Namun tak kita ucapkan tangisan-tangisan sukma itu,<br>
karena bagimu diam itu lebih indah,<br>
daripada harus mengisi dunia dengan cerita penuh derita.<br>
Dan katamu, hidup terlalu megah untuk dinodai dengan rasa gelisah.<br>
<br>
Kita duduk termangu menghadap dunia fana,<br>
berdua, bersama,<br>
entah untuk sekadar mengamati,<br>
menikmati,<br>
atau malah menangisi benda-benda mati yang tak sanggup kita miliki,<br>
benda-benda tanpa nyawa yang senantiasa mereka puja.<br>
Atau kita memilih berdua karena sama-sama ingin lupa,<br>
pada seisi dunia semu yang mematikan kalbu?<br>
<br>
<br>
Desember 2015Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-54229782409393186382015-12-12T14:25:00.003+07:002019-08-17T02:32:43.058+07:00Oh, Tanya..<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHiwlEZAXO7WRo-1scD-mOJFyw5Q6lQZm9oDy3CdnaF1t-c-a-MNPP9kvXWgOTFK6Mlq-N_R8LIvjhlV4IchtrOQ-pAeLJscSbaLf9Ck9S8roKUGsbMRHAXdY8XlHTi63RmNhp5I2IedG5/s1600/woman-sunset-silhouette+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" height="465" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHiwlEZAXO7WRo-1scD-mOJFyw5Q6lQZm9oDy3CdnaF1t-c-a-MNPP9kvXWgOTFK6Mlq-N_R8LIvjhlV4IchtrOQ-pAeLJscSbaLf9Ck9S8roKUGsbMRHAXdY8XlHTi63RmNhp5I2IedG5/s640/woman-sunset-silhouette+%25281%2529.jpg" width="640" /></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tisha<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Nothing to do.. Nowhere to be.. A simple little kind of free.. Nothing to do.. No one but me.. And that's all I need...</i>”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Jam dinding menunjukan pukul 10.30. Suhu malam ini sudah cukup dingin, tak perlu menyalakan pendingin ruangan apalagi sampai harus menyeka keringat segala. Aku tengah berada di balkon rumahku, menyaksikan Tanya, adikku satu-satunya, termangu menatap langit kosong melompong sambil menggengam segelas coklat panas di tangannya. Kami terhanyut dalam suara apik John Mayer bersama <i>Perfectly Lonely</i> miliknya, ditemani desir angin yang makin lama makin menusuk tulang. Aku bingung, entah apa yang sedang dipikirkan Tanya sekarang. Tak sepatah katapun muncul dari mulutnya sejak ia sampai di rumahku sejam lalu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kamu kenapa sih, Ta?” akhirnya kuputskan untuk memecah sunyi di antara kami.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tanya menoleh padaku. “Kenapa apanya?” ia balik bertanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Aku bingung harus jawab apa. Iya, kenapa apanya. Memang apa yang salah dengannya. Toh ini bukan kali pertama ia duduk termenung di balkon rumahku, lalu mengapa aku harus bertanya ia kenapa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br />
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tanya<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Kamu lagi ada masalah?” Tisha lagi-lagi bertanya padaku pertanyaan yang tidak bisa kujawab.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ya, memangnya aku kenapa? Apa yang salah denganku? Aku rasa tidak ada yang salah, bahkan aku tidak punya masalah. Ini bukan kali pertamaku duduk sediam ini di balkon rumah Tisha, kakakku, namun aku yakin Tisha pasti tahu, tidak mungkin aku sedang tidak kenapa-kenapa ketika sebegini diamnya. Tisha adalah orang pertama yang paling mengerti aku di dunia ini. Yang kedua Tommy, kakak lelaki kami yang paling tua. Lalu dimana kuletakkan ayah dan ibuku? <i>Uh, it's a long story</i>..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Apa kata Tisha tadi, apa aku sedang ada masalah? Lagi-lagi aku mengulang pertanyaan Tisha dan berulang kali juga aku menjawabnya bahwa aku sedang tidak kenapa-kenapa. Setidaknya itu yang kupikirkan tentang diriku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tisha terlihat masih menunggu jawabanku, seperti berharap aku akan bercerita tentang suatu kekacauan yang baru terjadi di hidupku, <i>but</i> <i>I really don’t have anything to tell to her, at all</i>. <i>I’m fine</i>. <i>I’m totally fine</i>. <i>What does she expect</i>? Aku menangis tragis di depannya menceritakan bahwa aku sedang… patah hati, misalnya? <i>God</i>, tapi tetap saja aku harus menghargai pertanyaan perhatian milik kakakku ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>I’m okay</i>, Tisha.” Ujarku dengan ekspresi paling meyakinkan di dunia. Setidaknya bagiku itu merupakan ekspresi paling meyakinkan di dunia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>I’m perfectly lonely.. I’m perfectly lonely.. I’m perfectly lonely cause I don’t belong to anyone.. Nobody belongs to me…</i>”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Suara seksi John Mayer masih menemaniku dan Tisha malam ini. Tisha mulai kelihatan pasrah menanyaiku hal-hal yang sejujurnya memang tidak bisa kujawab. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: center;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">***<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit;"><br />
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku Pitania Hanan, bungsu dari tiga bersaudara, putri terakhir dari bapak Rudy Ahmad Hanan dan ibu Aliya Rosita. Jangan tanya kenapa Pitania bisa menjadi Tanya. Oke, aku mulai pusing dengan kalimat barusan. Nama panggilanku berubah dari Tania menjadi Tanya saat keisengan kulakukan ketika aku duduk di bangku sekolah dasar. Tidak ada alasan lain selain ingin terlihat keren jika huruf I diganti dengan Y. Sayangnya, teman sekelasku pada masa itu terlalu polos untuk membaca Y sebagai I. Alhasil, mulai saat itu dan sampai detik ini, aku dipanggil Tanya. Tidak jarang aku merasa kalimat yang kuucapkan menjadi rancu seperti yang barusan itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Kedua orangtuaku bercerai ketika aku baru berumur delapan tahun. Kenapa mereka harus berpisah? <i>It’s a long story and I seriously don’t want to talk about this, but well, let me tell you the main story.</i> Ketika perceraian itu terjadi, aku dan Tommy memutuskan untuk ikut ibu, sedangkan Tisha ikut ayah, yang kebetulan saat itu bekerja sebagai seorang diplomat dan tengah ditugaskan untuk pindah ke Canberra, Australia. Setahun kemudian, ayahku meninggal di Canberra karena mengidap penyakit gagal ginjal yang sudah lama dideritanya. Tisha kembali pulang ke Indonesia, dan kami tinggal berempat di rumah suami baru ibuku. Setahun kemudian, ibuku meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat bersama suaminya dalam perjalanan mereka menuju Tokyo. Aku tahu, saat ini kalian pasti sedang merasa kasihan padaku. Tidak apa, aku sudah terbiasa dapat tatapan kasihan dari orang-orang sekitar. <i>Seriously, guys, I don’t need your pity, but that’s okay, that’s how people these days act. </i>Memberikan tatapan yang mereka kira dapat meringankan beban hidup seseorang <i>but actually, it doesn’t work that way. I’ll tell you people, it makes everything worse. And you owe me a great thank you because I can tolerate people who gave me that pity look</i>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ponselku bordering, <i>smartphone</i> keluaran terbaru yang sebulan lalu diberikan Tommy sebagai hadiah ulang tahun ke-24. Aku menatap layarnya. Kevin. Aku melengos. Kevin, eksekutif muda, pengusaha kaya, ia kaya, keluarganya kaya, kaya dari sananya, kaya dari dulu, kaya dari nenek moyangnya. Aku tidak bermaksud untuk membuat diriku terlihat matrealistis karena keterangan kaya yang sebenarnya tidak penting itu, tapi serius, deh, dia memang kaya. Kevin anak semata wayang yang baru dua bulan kupacari. Jangan heran kenapa aku melengos barusan. Seperti yang sudah-sudah, pria manapun selalu terlalu bersemangat ketika menjadikanku pacarnya. Meneleponku tiap tiga jam sekali, mengirimiku pesan singkat setiap jamnya. Aku masih melongo menatap layar ponselku. <i>What am I gonna do now? Reject this call? No, </i>di beberapa bulan pertama jadian, <i>I can't do that, reject his phone call</i>. Bukan begitu aturannya. Maksudku, wanita macam apa aku ini jika aku melakukannya?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Halo..” akhirnya kuputuskan untuk menjawab telfonnya. Kulihat di depanku Tisha yang dari tadi asik dengan laptop dan tugas kantornya, seketika menoleh ke arahku, lalu kuberikan ia ekspresi paling malas milikku. Ia menghela napas, lalu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Ia mengerti betul adiknya yang satu ini. “Aku lagi di rumah Tisha. <i>What is it</i>, <i>honey</i>?” <i>I’m trying to act normal, is it normal enough to him? I hope so.</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Kevin bicara panjang lebar tentang kerjaannya yang katanya semakin membuat kepalanya ingin pecah. Ia bilang ia ingin tadinya mampir ke apartementku agar ia merasa lebih baik setelah bertemu denganku, namun sayang sekali aku sedang tidak berada di sana. <i>And I really thank God I wasn't in my apartment when he came by.</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Suami Tisha lagi di luar kota, makanya aku nemenin dia di sini. Besok malam aja ya kita ketemunya.” kataku semanis mungkin. “<i>Okay. I’ll see you tomorrow, babe. I love you too.</i>” Klik. Aku memutuskan panggilan. Aku kembali menatap Tisha yang dari tadi masih memperhatikanku. Aku mengangkat bahu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>You really have to stop doing this, dear.</i>” ujar Tisha.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>I want. I just can’t.</i>” balasku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br />
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tisha<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>I want. I just can’t.</i>” ucap Tanya dengan ekspresi paling melas sedunia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Aku tahu sekali kalau adikku sudah bersikap seperti ini. Pantas saja ia dari tadi tutup mulut, ternyata memang tengah ada suatu hal. Tanya, lagi-lagi, menjalin hubungan dengan seorang pria yang tak benar-benar ada di hatinya. Tanya, seorang wanita cerdas, periang, pekerja keras, supel, tangguh, dan diidam-idamkan banyak pria, tanpa disangka telah lama memendam perasaan pada teman sekolahnya dulu. Aku tidak akan sebut siapa orangnya, Tanya bisa ngamuk padaku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Mau sampai kapan kamu begini?” tanyaku akhirnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Gak tahu.” Tanya menggeleng ringan, “Sampai ada yang kasih aku cinta yang dalam, mungkin. Aku bosan dengan hubungan dangkal.” lanjutnya, kemudian menyeruput coklat panasnya yang sudah mulai dingin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-SG" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Aku mengerutkan dahi karena bingung dengar jawabannya barusan. Bukannya selama ini para pria itu selalu berikan Tanya cinta yang dalam, penuh romantisme, dan segala macam perhatian. Mengapa adikku ini masih bisa berkata seperti itu. </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Memangnya selama ini kamu gak dapat itu dari mereka, para pria yang mengidam-idamkan kamu, pacar-pacar kamu itu?” tanyaku kemudian.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-SG" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tanya menghela napas dengan pertanyaanku barusan. Ia terlihat semakin tak bersemangat saja, namun akhirnya ia menjawab pertanyaanku. </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Selagi masih kenalan atau dikenalin terus ngobrol via BBM, WhatsApp </span><i style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">or whatever it is</i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">, lalu berkomunikasi intens setiap hari, teleponan tiap malam selama berjam-jam, lalu sebulan kemudian si cowok nyatakan cinta, bilang sayang bahkan sayang banget, itu namanya masih dangkal. </span><i style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">I’m not looking for that kind of thing. I’m not looking for that kind of guy. I don’t want to spend the rest of my life with those shallow men who think that they have their deepest love for me while in fact they don't. They think they love me deep, but no, they don't. Hell no</i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">, Tisha.” jawab Tanya panjang lebar.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-SG" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Aku termangu mendengar penjelasannya barusan. Sebegitu inginnya adikku mendapati kisah cinta perlahan, terkesan alot bahkan, namun berarti, setidaknya bagi dia. Seperti film-film komedi romantis itu. Kurasa adikku terlalu banyak nonton film drama percintaan. </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">“</span><i style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Then what kind of relationship with what kind of guy that you want?</i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">” tanyaku lagi.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="EN-SG" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ya, seseorang yang datang perlahan, yang memperlakukanku secara sederhana, yang membuatku merasa nyaman, yang bersikap apa adanya seperti seorang teman, yang bisa menarik ulur dan mengobok-obok perasaanku selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, membuatku bertanya-tanya apakah ia memang menyimpan perasaan tentang hubungan kami, yang tidak susah payah mengumbar kata cinta namun percaya bahwa kami saling bisa merasakan cinta. <i>That’s what I want</i>. Ketika semua berjalan pelan-pelan, ketika salah satu bahkan mungkin keduanya merasa bimbang, akan ada perasaan takut kehilangan namun tetap tak ingin terkesan saling mengekang, ketika itulah akan muncul rasa saling menghargai yang tinggi satu sama lain dan terhadap hubungan itu sendiri.” Tanya menghentikan kalimatnya. Aku semakin <i>shock</i> saja mendengar ia berkata demikian. “<i>You know, when you like someone, your feelings don’t just happen, you create them. You can’t say that you love the person that you know in a month. It’s bullshit and it doesn’t make any sense. That’s why we need process. It takes long time to built something strong between two people’s hearts</i>. Sebulan, <i>come on</i>, coba kamu bayangin, Sha, itu cinta kayak gimana dangkalnya.” lanjut Tanya.</span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ada benarnya juga yang Tanya bilang. Aku ingat, ketika aku baru mengenal Ardi, suamiku, bertahun-tahun kami berteman dekat dan saling menyimpan rasa. Kami bahkan pernah menjalin hubungan dengan orang lain. Sampai akhirnya Ardi jujur bahwa sebenarnya ia menaruh hati padaku. Jadi itu yang diinginkan adikku ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Aku tidak ingin membantah kalimat Tanya barusan, akhirnya kutanyakan lagi hal yang paling menggangguku selama beberapa tahun belakangan ini, “Lalu kenapa kamu biarkan para pria dangkal itu memasuki hidupmu? Setahun kamu bisa tiga kali ganti pacar. Berarti kamu dangkal juga, dong?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Hahaha.. Tisha, Tisha. <i>My dearest sister</i>. Kamu tahu kok kenapa aku melakukan ini. Bukan soal aku ingin menyeleksi yang terbaik dari sekian banyak itu. Bukan juga soal aku sudah menjadi dangkal seperti mereka juga. Aku hanya ingin mengalihkan perasaanku dari seseorang yang kamu tahu siapa.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>The more you try to forget him by using those men, the more people you’ll hurt.</i>”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>I know, </i>Sha<i>, but it is relationship. That’s our consequences. Relationship means you’re hurting someone or get hurt buy them. It’s up to you.</i>”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Mau sampai kapan kamu nunggu dia?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 14.2pt right 451.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;"> “Sampai aku rasa cukup. Entah kapan.”</span><span style="font-family: times new roman, serif;"><o:p></o:p></span></span></div>
Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-18391305831876895642015-12-09T17:47:00.001+07:002019-08-17T02:32:42.156+07:00Hilang<div>Hujan mandikan ilalang,</div><div>Air menghujam bagai hunusan pedang.</div><div>Entah siang atau petang,</div><div>Aku hanya ingin pulang.</div><div>Aku akan terbang,</div><div>Pergi ke awang-awang,</div><div>Bagai layang-layang,</div><div>Melayang,</div><div>Menghilang.</div>Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-8768591702648899482015-12-09T13:42:00.001+07:002019-08-17T02:32:43.963+07:00Di Langit<div>
Di langit ia bertemu,</div>
<div>
Dengan hujan yang mengingatkannya pada banyak rasa sakit.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Di langit benda-benda itu luruh,</div>
<div>
Pahit getir yang dulu membuatnya kecewa sungguh.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Langit dan bintang yang tumbuh,</div>
<div>
Malam yang menggetarkan hati dan sekujur tubuh.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Langit dan segala ada dan ketiadaannya,</div>
<div>
Ribuan galon udara keruh yang sesakkan dada.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Langit dan kemegahannya,</div>
<div>
Dimana semua asa dan derita bertahta.</div>
Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-2291064828148304452015-08-19T02:06:00.001+07:002019-08-17T02:32:42.274+07:00Biru<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
</div>
<div>
Terjebak aku di rupamu<br />
Rasa haru menyerbu kalbu<br />
Malam itu kau pergi tanpa ragu<br />
Hatiku terkikis pilu, menderu<br />
<br />
Harum tubuhmu menyibak sendu<br />
Kepadamu kusuguhkan banyak rindu<br />
Bayangmu getarkan tubuhku<br />
Menatap semu, aku terpaku<br />
<br />
Kenangan indah menjelma pilu<br />
Kau menghilang tersapu debu<br />
Sosokmu kini seperti hantu<br />
Menyerangku di malam-malam biru<br />
<br />
Aku bergumam kau masih di angan<br />
Tak perlu kembali dalam khayalan<br />
Namun jika kau datangi mimpiku<br />
Kau tahu aku tetap menunggu<br />
Dalam malam mengharu biru</div>
<br />Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-42971035515084739152015-02-03T10:48:00.001+07:002019-08-17T02:32:42.824+07:00Cinta?<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Kepada cinta..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Cinta? Apa artinya? Seringkali aku mendengar orang-orang bertanya apa arti cinta. Seringkali aku mendengar seseorang melakukan banyak hal demi cinta. Hal baik, hal buruk, semua dilakukan demi cinta, katanya. Yang haram menjadi halal karena cinta.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Cinta. Bermacam-macam orang berbeda-beda dalam mendefinisikannya. Ada yang bilang, cinta itu adalah ketika Ibumu merawatmu, menjagamu, membesarkanmu, dan mendoakanmu dengan segenap keihlasan, tanpa lelah, tanpa pamrih, tanpa mengharap apapun sebagai imbalan. Ada yang bilang, cinta itu adalah ketika orang tuamu masih berbincang di hari tua tanpa perlu bersusah payah mencari bahan obrolan agar satu sama lainnya tak merasa bosan. Ada pula yang bilang, cinta itu adalah ketika kau menemukan seseorang yang kau rasa belahan jiwamu. Entah dari mana datangnya konsep belahan jiwa itu, namun katanya, seseorang akan tahu bahwa itu adalah belahan jiwa mereka.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Menurut Sapardi Djoko Damono, cinta itu sesederhana isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Menurut Soe Hok Gie, cinta adalah menghabiskan waktumu di sisi orang yang kau cintai, dan bicara tentang anjing-anjing yang nakal dan lucu. Sudjiwo Tedjo sendiri pernah mengatakan bahwa cinta tak butuh pengorbanan. Jika kau mendapati dirimu mulai berkorban, maka cintamu mulai pudar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Bagiku, cinta itu adalah segalanya: segala yang bernyawa, segala yang bersama, segala yang melengkapi, segala yang melindungi, segala yang saling bagi. Seperti burung jalak yang mematuki punggung kerbau di bawah terik matahari siang bolong. Seperti lebah yang mengantarkan serbuk sari satu bunga ke bunga lainnya. Seperti malam yang menunggu dengan setia datangnya matahari hingga berganti pagi. Seperti Tuhanmu yang memberimu segalanya tanpa perlu kau meminta. Segalanya. Segalanya dapat kau interpretasikan sebagai cinta. Cinta yang berbeda-beda bentuknya. Segala puisi cinta yang dibuat oleh penyair, seniman, budayawan, dan aktivis yang kusebut tadi dan yang ada di luar sana, kurasa benar ketika kau melihat cinta dari segala sisi. Cinta bukan hanya tentang menikah dengan orang yang kau cintai dan saling setia. Cinta bukan hanya tentang bunga atau coklat yang pacarmu berikan ketika Valentine. Cinta bukan hanya tentang menghabiskan malam minggu berdua. Cinta sungguh lebih dari itu. Cinta adalah segala yang membebaskan. Cinta adalah alasan dari perbuatan-perbuatan yang kau lakukan tanpa alasan. Dan cinta adalah yang selalu memberi tanpa sungkan dan pikir panjang. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br></div>
<div dir="ltr">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Cinta itu segalanya. Jangan pernah membatasi cinta, karena cinta yang sesungguhnya tidak akan pernah membatasimu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<br>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Dari aku yang mencinta.</div>
Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-59104174400987663532015-02-01T09:19:00.001+07:002019-08-17T02:32:43.296+07:00Pak Yos sang Tukang Pos<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Teruntuk Pak Yos, di mana pun engkau berada.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Fajar bergelayut, matahari pelan-pelan turun, menerangi hari yang sedikit berawan. Sambil mengikat tali sepatuku, aku sesekali memperhatikan indahnya warna oranye segar yang pagi ini sang langit suguhkan. Aku selalu suka langit pagi, jingga dan birunya yang berpadu, membuatku semangat untuk menjalani hari.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Oh iya, namaku Tyas, aku murid sekolah menengah atas. Aku biasanya berangkat sekolah naik angkutan umum. Sebelum mencapai angkutan umum di pinggir jalan besar, aku harus jalan kaki dulu menuju ujung gang rumahku. Pagi itu, aku melihat tukang pos yang biasa berkeliling di sekitar rumahku, namanya Pak Yos. Aku bertemu dengannya setiap pagi ketika hendak berangkat sekolah. Ya, setiap pagi sejak aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Aku sendiri tidak tahu apa di tahun 2015 ini masih sebanyak itu orang yang berkomunikasi via surat sehingga membuat Pak Yos selalu mondar-mandir setiap hari.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Pagi itu, seperti biasa, dengan motor tua berwarna oranye, Pak Yos yang berjaket warna hitam kebesaran, kusapa ketika aku melewatinya. Ia dengan ramah membalasku dengan kalimat yang sama hampir setiap paginya. Biasanya ia membubuhkan sedikit kalimat penyemangat dan nasehat agar aku rajin dalam menjalankan kewajibanku sebagai siswa. Katanya, masa depan bangsa ini ada di tangan pemuda, jadi aku harus memulai dari diriku sendiri dulu untuk tekun mencari ilmu, kemudian aku akan dapat mengajak orang lain untuk tekun pula.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Pernah suatu ketika aku punya kesempatan untuk berbincang agak lama dengan Pak Yos, aku tahu bahwa ia hanya lebih muda beberapa tahun dari kakekku. Jadi aku tidak salah sangka waktu kukira Pak Yos tidak pantas lagi kupanggil Pak. Pak Yos tinggal bersama istri yang berjualan setiap hari di depan rumah mereka dan dua orang cucunya yang masih balita yang harus ia nafkahi setiap hari.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Kasihan cucu-cucuku itu, ayahnya menikah lagi dan kabur setelah anakku meninggal." ujar Pak Yos dengan logat Jawanya yang kental ketika menceritakan alasan mengapa ia masih harus bekerja keras di usia senjanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Pak Yos pernah beberapa kali mengajakku berkunjung ke rumahnya. Ia bilang aku pasti akan suka dengan kedua orang cucunya karena mereka lucu-lucu. Namun ketika kutahu bahwa tempat tinggal Pak Yos lumayan jauh dari rumahku, aku mengurungkan niat itu, Ibu pasti tidak akan mengizinkanku, padahal aku sangat ingin.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Beberapa bulan lalu aku menghadapi Ujian Nasional. Ya, tak terasa waktu begitu cepat berlalu, dalam beberapa bulan status siswa yang kusandang selama dua belas tahun akan berganti menjadi mahasiswa. Pagi itu ketika hendak menghadapi UN, aku meminta doa pada Pak Yos yang kutemui ketika hendak berangkat ke sekolah, seperti biasanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Jangan lupa baca bismillah, nduk, sebelum menjawab pertanyaannya. Bapak yakin kamu pasti bisa dapat nilai bagus nantinya." katanya begitu, sambil kuaminkan dalam hati.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Waktu berlalu, hari berganti hari, sampailah di hari ini, hari dimana aku diterima sebagai mahasiswa baru di fakultas keguruan salah satu universitas negeri di Jakarta. Aku mengambil fakultas keguruan karena setelah mendengar Pak Yos berkata bahwa aku harus mulai melakukan kewajiban sebagai penerus bangsa kemudian mengajak orang lain, aku merasa profesi yang mendekati itu adalah seorang guru, seorang pendidik. Aku bisa menyampaikan ilmuku yang masih sangat sedikit ini kepada calon-calon penerus bangsa lainnya. Jika menjadi guru pun membuatku ajan terus belajar akan hal-hal baru yang nantinya akan kusampaikan lagi pada mereka. Betapa mulianya seorang guru di mataku. Kebetulan, ibuku pun seorang guru sekolah dasar. Itu membuatku bangga berkali-kali lipat ketika aku diterima di fakultas keguruan ini.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Pagi ini aku hendak menyampaikan kabar gembira ini pada Pak Yos, namun lagi-lagi aku tak menemukannya. Ini sudah seminggu lamanya sejak terakhir kali aku bertemu Pak Yos. Aku sudah beberapa kali bertanya pada tetangga sekitar, tak ada satupun dari mereka yang tahu di mana keberadaan Pak Yos. Surat-surat untuk masyarakat sekitar rumahku pun kini telah diantarkan oleh tukang pos yang lain, berganti-ganti setiap hari.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Pak Yos, terima kasih telah menjadi sosok yang baik selama ini di setiap pagiku. Tak pernah sehari pun aku melupakan nasehat-nasehatmu tentang sekolah, tentang menjadi penerus bangsa, tentang menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, tentang apa saja. Aku ingin mengatakan bahwa aku akan berusaha mewujudkan nasehat-nasehatmu itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Pak Yos, aku merindukanmu, aku merindukan lantunan tembang Jawa yang keluar dari bibir keriputmu, aku merindukan senyuman tulus dari wajah lelahmu, aku rindu sapaan hangat dan ramahmu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Pak Yos, di mana pun kau berada, aku akan mendoakan keselamatanmu. Tuhan pasti akan menjaga orang baik sepertimu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Terima kasih, Pak Yos, terima kasih..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
-Tyas</div>
Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-28115961341599761932015-01-31T01:06:00.001+07:002019-08-17T02:32:42.433+07:00Shit<p dir="ltr">Dear you,</p>
<p dir="ltr">You're that star that is so far<br>
As you start fading away,<br>
I'm here watching saying goodbye<br>
Walking to you<br>
Feels like walking to the sun<br>
I'm melted by the heat you give me<br>
But still, I do it all over again, happily</p>
<p dir="ltr">I think I really like the sensation<br>
When your warmth cover up my whole body<br>
Just like candles burned up by the flames,<br>
I burn to pieces until I'm whole again in a new shape<br>
So abstract, but so real<br>
This is real<br>
This feeling is real<br>
Real shit that hurts me real deep<br>
Too real that when I dream it's getting worse too<br>
Worse that I wanna cut my heart in two</p>
<p dir="ltr">Shit!<br>
No more poem for you,<br>
No more room too<br></p>
<p dir="ltr">Well, I lied.<br>
Good night, bastard.</p>
Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4066720079634021580.post-91404546731634345692015-01-28T19:52:00.001+07:002019-08-17T02:32:44.158+07:00Buta Arah<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Lihatlah, kemana makhluk itu akan pergi jika mata angin saja ia tak tahu, jika kompas saja ia tak punya. Bukankah hidup harus punya arah jelas untuk dituju? Bukankah buta arah akan berujung pada menyerah? Kurasa itu tidak sepenuhnya benar. Kau tak perlu lihai baca kompas agar tahu arah mata angin untuk wujudkan mimpimu, karena harapan dan pertolongan datang dari segala penjuru. Kau hanya perlu percaya itu.</div>
Elfinda Taufikhttp://www.blogger.com/profile/04592787357697827907noreply@blogger.com0