Sunday 9 April 2017

Membersihkan Beranda

Pagi-pagiku tak pernah diisi dengan kicauan burung.
Hanya ada deru-deru motor yang kudengar
di kejauhan dari kamarku yang ukurannya tak seberapa.
Dan piring kotor sisa aku makan semalam.
Dan cangkir-cangkir bersemut bekas minum kopi.

Aku akan menyapu beranda rumahku hari ini.
Menyapu bersih sisa hujan badai subuh tadi.
Membuang daun-daun kering itu ke tempat semestinya.
Atau mungkin membakarnya saja,
namun asapnya bisa jadi hal yang menjengkelkan bagi tetangga.

Tamu terakhir yang datang dan singgah
sudah kembali pulang ke rumahnya.
Ia selalu datang di akhir pekan
dengan gula-gula manis yang kumasukkan ke dalam cangkir kopi pahit.
Kukira ia akan jadi penghuni baru di rumahku kelak,
aku lupa ia hanya tamu.

Ia datang tiap akhir pekan
dengan cerita-cerita tak biasa.
Aku suka mendengarnya bercerita,
tentang apapun itu.
Aku mempelajarinya setiap saat,
dari cerita-ceritanya, dan dari caranya bercerita.
Kami selalu duduk di beranda rumahku di sore hari.
Ketika malam menjemput,
ia bilang ia akan pergi untuk beberapa saat karena ada urusan,
lalu akan kembali lagi di akhir pekan mendatang.

Suatu sore di akhir pekan, di berandaku,
aku kembali menunggunya
dengan dua cangkir kopi dan wajah berseri-seri,
namun ia tidak datang kali ini.
Aku menunggu berjam-jam.
Satu, dua, tiga jam. Hingga malam.
Ah kupikir mungkin ia tersesat,
lupa jalan ke rumahku,
atau ia sudah menemukan rumah baru dengan beranda yang lebih apik,
atau ia bosan dengan kopi buatanku,
atau sudah enggan bercerita kepadaku.
Atau bisa saja sesederhana ia hanya tak ingin datang lagi.

Hingga saat ini, sudah beberapa akhir pekan kulewati
dengan tetap menunggunya di beranda,
namun ia tak kunjung hadir dengan cerita-ceritanya.
Aku pun mulai kekenyangan menunggu
dengan pertanyaan-pertanyaan
yang tak kunjung dapat kujawab.

Jadi kuputuskan saja untuk membersihkan berandaku hari ini,
memperindahnya, menghiasnya dengan nuansa baru,
kalau-kalau nanti akan ada yang berkunjung lagi,
atau malah bersedia menetap
untuk menemaniku menjadi tuan rumah.
Bisa jadi orang lain, seorang asing yang baru.
Atau mungkin nanti ia akan datang lagi
di suatu sore di akhir pekan dengan cerita-cerita baru.
Atau malah tidak sama sekali.