Saturday 28 September 2013

Teman Mendaki

Saya ingin mendaki puncak tertinggi denganmu;
Melewati batu-batu yang berjatuhan pada lereng-lereng curam itu,
berjalan di bawah rindang pohon-pohon hutan tropis tinggi menjulang.
Tersungkur oleh akar-akar tanaman sebesar lengan,
kemudian tiba pada tanah tertinggi berjam-jam kemudian,
disambut keajaiban dunia di atas awan.
Biru horisonnya membentang seluas pandang.
Pastilah khatulistiwa terlihat membentang jika ia kasat mata.
Mari buta berdua karena silau pada sumber yang sama;
satu titik sinar dunia super cerah yang berpendar ke tiap sudut semesta.
Kemudian kita akan bersuka cita memetik Edelweiss untuk cendera mata.
Saya bukan pendaki gunung ulung,
bukan pula petualang alam yang handal.
Namun saya bisa janji,
saya adalah teman mendaki paling amatir yang akan selalu membuat kamu cengar-cengir,
tak peduli seberapa deras peluh menetes di kedua sudut bibir.
Saya ingin mendaki puncak tertinggi dan menetap di sana denganmu selamanya.
Terjaga tiap fajar karena suara ribut burung-burung hutan mengepak kedinginan,
karena kulit perih memerah dikecup semut rangrang,
lalu minum air bening dari muka dedaunan.