Friday 22 December 2017

Di Ketinggian Sekian Puluh Ribu Kaki

<span>Photo by <a href="https://unsplash.com/@mikepalmowski?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Mike Palmowski</a> on <a href="https://unsplash.com/s/photos/plane?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Unsplash</a></span>


Di atas sini,
ada harap yang kalap,
dan ketidakpastian yang pasti,
menyelimutiku dari ubun-ubun hingga mata kaki.

Ternyata memikirkanmu lebih sesakkan dada
daripada harus bernapas dalam ruang hampa udara.
Bukan salahmu jika kali ini aku sepi.
Nyatanya terkadang manusia hanya mengamini apa-apa saja yang mereka kehendaki.
Dan yang kutahu,
menjauh dari gravitasi yang menarik jiwa jatuh terlalu jauh terasa lebih mudah,
dibanding hadapi rasa yang membuat hati berakhir gundah.

Di luar sana gelap, aku ingin terlelap.
Namun ada ketidakmampuan untuk menyentuh dunia mimpi,
sebab kepalaku tak henti-henti
menyanyikan lagu-lagu yang mengganggu.
Dan bercerita tentang segala macam luka yang menuntut lupa.

Ratusan mata-mata lain lelah mengantuk,
duduk termangu ketika makhluk-makhluk berseragam batik membagi-bagi roti.
Aku dingin, aku beku.
Aku hampir mati dikoyak-koyak sepi.